Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

GURU GO BLOG....!





LONG LIFE EDUCATION...! Itulah kata yang ingin saya katakan. Kadang hati ini merasa sesak ketika mendengar berita miring atau fakta pahit yang dialami didunia pendidikan. Ketika penulis berkesempatan ikut hadir dalam suatu diklat ato work shop dan sejenisnya, hampir menjadi rahasia umum ketika disampaikan ada guru yang belum bisa mengisi LKJ, kurang pas dalam memberi penilaian, belom bisa buat RPP, menjahitkan PTK, gaptek juga gapin. Kalo ada undangan yang ada notenya "diwajibkan membawa laptop" whuih, bingungnya gak ketulungan. huft... jangan ampe kamsupay (kampungan sekali udik dan payah) jugalah. Diajak ngomomg ini gak nyambung, ditanya itu ga ngerti, diajakin belajar juga ogah-ogahan. (lengkap Zudah...) Terkadang nurani berbisik, "aih... ne bapak /ibu pemateri kok buka2 aib orang didepan publik sich.. gimana kalo ternyata kita juga ngalamin nasib begituan. alamak... malunya gak ketulungan" tapi disisi laen, mungkin beliau ingin mengisaratkan pesan Sekaligus menyemangati agar kejadian seperti itu tak terulang, jadi hal itu disampaikan untuk diambil pelajarannya. Memang kadang kita perlu belajar dari kesalahan orang laen tanpa kita harus mengalaminya.
      thank's 4 LP. Ma'arif yang 25 Februari lalu,  menggelar pelatihan pembuatan blog bagi setiap Lembaga Pendidikan yang bernaung dibawah Ma'arif yang bertempat di gedung NU Kab. Trenggalek. Tujuannya agar para pendidik kita gak gaptek. Dizaman yang serba canggih ini semua haruz serba cepet, jadi yang cepet ya dapet, gak cepat ya gak dapet. ya... emang sudah saatnya setiap guru senantiasa meng up grade kemampuannya agar senantiasa up to date. Biar anak didik kita juga snantiasa menanti nanti kedatangan kita, karna kita slalu punya hal- hal baru yang akan diberikan kepada anak didik setiap harinya. YUPS.... AnY wAY, SAATNYA GURU GO BLOG!!!

Siapakah semar?

Amenangi jaman edan, ewuh oyo ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni boja keduman melik, kaliren wekasanipun, ndilalah karsa Allah, begjo begjane kang lali, luwih begjo kang eling lawan waspodo. Hidup dijaman edan, begitu susahnya, ikut edan tidak tahan, jikalau tidak ikut tidak kebagian akhirnya bisa kelaparan, sudah kehendak Allah, betapa senangnya hidup menyimpang, lebih bahagia hidup dengan kesadaran dan kewaspadaan. Apa ini namanya jaman sudah edan?. Dewa-dewa sudah tak bermoral, orang-orang baik menjadi manusia bodoh, hukum berbalik, yang kerja keras tetap menderita, yang tak banyak bekerja justru berfoya-foya, yang jujur selalu salah, yang tak jujur selalu benar, kejujuran adalah kebohongan, kebohongan adalah kejujuran. Dari tidak ada menjadi ada, tetapi dari yang ada semakin tidak ada, yang kuning menjadi biru, yang biru menjadi kuning. Dewasa ini absurditas masih realitas, bahwa kriminal adalah pahlawan bangsa, sedangkan pahlawan sejati dijadikan kriminal. Para dewa sudah kehilangan akal sehat, hati nurani dan budi pekerti tidak lagi menaungkan diri pada nilai-nilai kebajikan (virtues). Itulah sekelumit gambaran kenyataan tata kehidupan yang sedang dialami di negeri Kahyangan yang dipimpin oleh Batara Guru. Melihat kondisi negeri yang sudah carut marut ini, Kyai Semar Bodronoyo terpanggil hati nuraninya untuk menyudahi krisis di negeri Kahyangan ini. Semar ingin menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Sudah menjadi tekad bulat dan akan mengerahkan segenap kekuatan lahir batinnya. Semar dengan mata batinnya melihat bahwa saat itu Batara Guru terlalu kuat dan mendominasi kahyangan Jonggring Saloka. Peran panggung semuanya telah dikuasai, mulai dari sistem hingga lighting kehidupan telah direnggut dan dikangkangi. Sistem inilah yang membuat para dewata lain tidak berkutik, bahkan cenderung “yes man”, bahkan kecut dan penakut. Semua dewata takut kehilangan kekuasaannya, posisi dan perannya takut luntur dan ludes jika harus beroposisi. Sisi lain muncul pula penyalah gunaan wewenang, serta merta hal itu terjadi karena struktur politik kahyangan terkondis otoriter, apalagi penyalah gunaan wewenang oleh ketua ikatan wanita dewata yakni Dewi Durga yang notabene permaisuri Batara Guru. Akhirnya kayangan menjadi inharmoni, ketika betari Durga berkolaborasi dengan Wadyabala jin priprayangan. Onar pasti terjadi. Tampaknya para kesatriya berbudi luhur yang suka akan kedamaian tak berdaya menghadapi kesaktian sang Betari. Mereka taku dan ciut nyali, karena kalah perbawa dan kalah subasita, apalagi Betari Durga itu termasuk jajaran elite. Para satriya berikhtiar dan merenung diri seraya menerawang pikir, kira-kira modal apakah yang mampu digunakan untuk mengimbangi kekuatan betari Durga, jika ada yang dapat digunakan untuk menggulingkan angkara murka Dewi Durga. Akhirnya sebuah imbangan hadir, muncullah sang Pramono Agung, dialah Kyai Lurah Semar Bodronoyo. Semar akhirnya menjadi imbangan, tidak hanya kesaktian, namun dahsyatnya nurani yang tak tersentuh jiwa iri dengki dapat melumat dan melipat-lipat keangkaraan yang di putar oleh Betari Durga. Inilah ringkasan salah satu cerita Semar Gugat, yang merupakan simpulan filosofis bahwa kawula alit itu memberikan koreksi pada para dewata yang telah terkikis nuraninya. Semoga menjadi bahan renungan kita semua.

Logo SDI dan PAUD serta Foto Gedung Baru SDI Fajar Insani







Fotone Sunan Kalijogo



Pengajian KH. Anwar Zahid Bojonegoro @Mojopurogede Bungah


Dewan Guru SDI Fajar Insani Gandusari





Suksesor SDI Fajar Insani Gandusari.
Pahlawan tanpa tanda jasa.....

Download

 
Support : DarmoExe
Copyright © 2013. SDI FAJAR INSANI - All Rights Reserved
Powered by GoBlog